expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 06 Juli 2014

You Are My Boyfriend


Hari itu sangat cerah begitu pun dengan suasana hatiku saat itu, awal masuk sekolah lagi deh. Dan waktu aku buat menonton drama korea bakalan nggak sepuas kaya liburan kemarin. Enggak apa-apa yang penting kemarin aku udah selesai menonton drama my love from another star, cowoknya itu benar-benar cool, cuek, jutek sama cewek, misterius dan pastinya menjaga ceweknya tanpa sepengetahuan siapa pun. “Hari yang pasti aku harus semangat buat sekolah, siapa tahu aja disana ada cowok cool, cuek sama misterius kaya di drama itu. Aaaahhhh pasti di sekolah bakalan seru banget hehe…”seruku sambil menunggu kedatangan bus. Aku menunggu bus sambil mendengarkan music, makanya saat itu aku nggak mendengar ada ibu-ibu yang meminta bantuan. Lalu ibu-ibu itu menepuk punggung dengan kencang, saat aku menoleh ke belakang ternyata bukan ibu-ibu yang aku maksud. Di hadapanku seorang cowok dengan tubuh tinggi, memakai pakaian yang sangat rapi, memakai tas gendong, memakai jam warna hitam di tangan kanannya, memakai sepatu berwarna biru tua dan yang pasti dia cool banget. Sangking tingginya aku mau lihat dia aja kepala aku sampai pegal-pegal semalaman. Anehnya tuh cowok diam aja nggak bicara apa-apa sama sekali aku kan bingung jadinya. Cowok itu cuma menggunakan jari telunjuknya ke bawah kakiku, aku kan bingung emang ada apaan sih di bawah kaki. Pas lihat ke bawah nggak taunya sapu tangan ibu-ibu itu aku injak, malu banget.
Segera aku ambil sapu tangan itu dan mencoba membersihkannyatapi percumak kotornya nggak hilang-hilang. Aku baru ingat sepatu yang aku pakai ini kan belum aku cuci aahhh memalukan banget sih. “Ibu maafin saya yah? Saya nggak tau Bu, maaf yah Bu..?”pintaku. “Iya ndak apa-apa nak”jawab Ibu itu. Alhamdulillah untung aja kan ibu itu baik, coba kalau nggak pasti aku udah di omelin abis-abisan. Lalu aku lihat cowok bertubuh tinggi itu memberikan sapu tangannya untuk ibu itu, ternyata baik juga mana cool lagi ommo. “Ehhh busnya udah datang, Ibu saya dulu yah maaf sekali lagi. Makasih yah tadi uda…”belum selesai aku bicara cowok itu pergi begitu aja ke bus karena takut kesiangan nggak aku ikut menyusul dia. Huh busnya kali itu penuh banget sampai-sampai aku nggak dapat tempat duduk, dengan badan sekecil ini dengan santainya orang lain dorong-dorong aku lagi kan sakit. Tapi aku nggak bakalan putus asa, aku bakalan usaha mencari tempat duduk dengan cara memasangkan muka kasian ditambah lagi badan kecil kaya aku ini bawa tas gendong yang besar pasti ada orang yang kasian sama aku. Aku pun mulai beraksi dan ternyata kebetulan banget aku lihat cowok yang tadi di halte bus. Eeehh dia lihat ke arah aku, nggak lama dia bangun dari tempat duduknya. “Bagus.. nggak nyangka bakalan segampang ini.”seruku. Aku segera menghampiri cowok itu, saat aku mau duduk dengan cepatnya ibu-ibu yang sudah rentan duduk di tempat itu. Tiiidddaaaakkkk.. itu yang aku katakana dalam hari, padahal tinggal sedikit lagi. Aku langsung menoleh kearah cowok itu, tapi dengan muka yang flat dan dia sama sekali nggak merasa kalau dari tadi aku melototi dia. Sampai pegal mata sama kepalaku melototi orang yang tinggi kaya gitu, dan lebih parahnya lagi orangnya itu biasa aja, jelas-jelas posisi aku tepat di depannya. Belum selesai sampai di situ saat bus melaju dengan kencangnya, tuh cowok mendadak bilang kiri. “Astagfirullah..”teriakku. Cowok itu untuk sesaat menoleh kearahku, “oke ini kesempatan aku buat caci maki dia.”batinku. “Ehh mas kalau mau turun jangan menda…”malu aku belum selesai bicara dia lagi-lagi pergi gitu aja, dan parahnya lagi dia sambil mengelus-ngelus telinganya. Memangnya suara aku tuh sekeras apa sih. Gara-gara aku ngomel-ngomel nggak jelas di bus, sekolahku kelewatan kan. “Kiri juga pa..”seruku. Dan justru semua orang yang ada di dalam bus yang mengomeliku, ini semua memang gara-gara tuh mas-mas. Aku segera berlari karena takut kesiangan.. huh hari itu benar-benar hari yang melelahkan buatku.
Di kelas untungnya aku bisa tidur siang sebentar, rasanya badan terutama kepalaku pegal-pegal semua. Dan untuk saat ini sepertinya teman-teman sekelasku pun memahaminya, di kelas saat itu benar-benar kosong kurang beruntung apa coba. Lagi enak-enaknya tidur tiba-tiba bola datang mengahadang kepalaku, dan membuatku terbanngun. “Apa-apaan sih ini,,,”teriakku. Saat aku melihat kearah lapangan ternyata sudah ada banyak sekali orang di depan jendela kelasku. “Siapa yang nendang bola ini, siapa? Ngaku nggak?”tanyaku. sebenarnya saat itu benar-benar malu tapi karena sudah terlanjur malu nggak usah tanggung-tanggung lagilah. Tiba-tiba cowok bertubuh tinggi muncul dari belakang kerumunan, dan sepertinya aku mengenal cowok itu. Saat dia muncul nah kan benar “Mas-mas halte!!!!!!”teriakku dengan sengaja. “Haaahhhh mas-mas halte?”seru semua orang. Dalam hati tentunya aku merasa kemenangan sudah di depan mata, “Hahahha…”batinku. Aku menenggakkan kepalaku dengan tinggi walaupun itu memang tidak akan mengalahkan tingginya kepala si mas-mas itu. “Sorry tadi lagi main bola dan dengan tidak di sengaja aku….”jelas mas-mas. Sebelum dia menyelesaikan penjelasannya aku pergi begitu saja meninggalkan dia dan kerumunan orang-orang, “Hahaha ini pembalasanku rasakan, hana di lawan.”batinku. Aku segera pergi ke toilet, disana aku tertawa dengan puasnya sampai-sampai cewek yang mau kamar mandi pun nggak jadi masuk sanging kencang suaraku. “Hahaha hari ini aku puas banget, puuuaaaassss”teriakku. “Siapa sih di dalam? Seram banget pergi yuk..”seru salah seorang siswi.
“Siapa sih dia? Nggak sopan banget bilang Kak Zein mas-mas”seru salah satu siswa.
“Tapi memang benarkan Kak Zein itu mas-mas. Bagi seumuran kita yang masih kelas 3 SMA sedangkan Kak Zein udah kuliah semester 5 iya kan?”seru Fikrie. Zein menatap Fikrie serius lalu segera memalingkan wajahnya.
“Ehh memangnya siapa yang berani bicara seperti itu ke Kak Zein?”tanya Fikrie penasaran.
“Itu siswi kelas 1A kalau nggak salah namanya Dwi Hana. Memangnya kenapa?tanya rekannya.
“Nggak apa-apa kok.” Fikrie tersenyum tipis.
Fikrie memuturskan untuk mencari tahu seperti apa Hana itu. Lewat jendela kelas 1A Fikrie mengintip Hana, karena menurut teman sekelasnya bahwa Hana duduk paling belakang dekat dengan pintu kedua kelas. Namun sayang saat itu Fikrie sulit menemukan posisi tempat dudukku, akhirnya Fikrie membuka pintu belakang kelas kedua kelas. Aku yang sudah mengetahuinya, dengan cepat mengambil posisi jongkok tepat di hadapannya, “Aaahhh…astagfirullah.”seru Fikrie. Timbullah keributan di kelas saat itu juga, “Eeeehhhh itukan Kak Fikrie dari kelas 3A. Waahhh kok dia bisa kesini yah? Jangan-jangan mau menemui aku lagi.”seru salah seorang siswi.
 “Ehhh dia ingin ketemu aku tahu..”
“Akuuu”
“DIAM.. tolong anak-anak jangan berisik disaat jam pelajaran” seru Bu Tita. “Fikrie kamu ngapain ke kelas ini? Ada perlu apa?”
“Ehm anu Bu saya ada perlu sebentar sama Hana.. yah Hana Bu.”ujar Fikrie. Aku tak memperdulikan ucapan Fikrie, aku masih tetap focus pada gambarku. “Hana kamu Ibu izinkan keluar sebentar, urus-urusan kamu sama Fikrie siapa tahu itu penting.”jelas Bu Tita. Akhirnya aku mengalah dan segera pergi ke luar kelas, yang suasananya masih rebut. Mereka mungkin kaget orang seperti aku dihampiri orang seperti Fikrie. Sebenarnya aku juga bingung kenapa dia cari aku bahkan sampai datang ke kelas segala, tapi aku tetap pasang muka sok cool biar nggak terlalu jelas bingungnya. Tiba-tiba saja dia mengulurkan tangannya, “Perkenalkan aku Fikrie kelas 3A, maaf sebenarnya aku yang menendang bola tadi.”seru Fikrie. Aku berpikir buat apa memperkenalkan diri bukannya dia juga udah tahu nama aku, yang menyebalkannya ternyata dia biang kerok semuanya sampai aku lagi enak-enak berlibur di pulau kapuk, tiba-tiba ada yang mengganggu. “Sabar Hana kamu harus sabar.”batinku. “Kayanya aku nggak usah memperkenalkan diri lagi, Kakak sendiri udah tahu nama aku kan? Dan soal tadi lupain aja Kak. Aku masuk kelas dulu takutnya malah tambah keributan di kelas.”seruku. Ketika aku membalikkan badan ke kelas, aku terkejut hampir semua siswi kelasku menguping pembicaraan kami di jendela huh sampai segitunya kah lihat Kak Fikrie? Kayanya dia nggak berkharismatik. “Hana..”panggil Fikrie. Aku menoleh kearahnya lalu dia tersenyum sambil mengatakan “sampai ketemu lagi.” Aduh bukannya menyelesaikan masalah malah membuat masalah semakin menjadi-jadi. “TIDAK Kak Fikrie jangan kasih senyumanmu untuk si cewek sok cool itu.”seru teman sekelasku. Aku yang mendengarnya saja merasa geli, lagi pula buat apa dia tersenyum seperti itu buat sensasi satu kelas aja. Aku membalas senyumnya dengan senyuman kecut, “rasakan tuh cowok sok tebar pesona sih”batinku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar