Hari itu sangat cerah begitu pun dengan suasana
hatiku saat itu, awal masuk sekolah lagi deh. Dan waktu aku buat menonton drama
korea bakalan nggak sepuas kaya liburan kemarin. Enggak apa-apa yang penting
kemarin aku udah selesai menonton drama my love from another star, cowoknya itu
benar-benar cool, cuek, jutek sama cewek, misterius dan pastinya menjaga
ceweknya tanpa sepengetahuan siapa pun. “Hari yang pasti aku harus semangat
buat sekolah, siapa tahu aja disana ada cowok cool, cuek sama misterius kaya di
drama itu. Aaaahhhh pasti di sekolah bakalan seru banget hehe…”seruku sambil
menunggu kedatangan bus. Aku menunggu bus sambil mendengarkan music, makanya
saat itu aku nggak mendengar ada ibu-ibu yang meminta bantuan. Lalu ibu-ibu itu
menepuk punggung dengan kencang, saat aku menoleh ke belakang ternyata bukan
ibu-ibu yang aku maksud. Di hadapanku seorang cowok dengan tubuh tinggi, memakai
pakaian yang sangat rapi, memakai tas gendong, memakai jam warna hitam di
tangan kanannya, memakai sepatu berwarna biru tua dan yang pasti dia cool
banget. Sangking tingginya aku mau lihat dia aja kepala aku sampai pegal-pegal
semalaman. Anehnya tuh cowok diam aja nggak bicara apa-apa sama sekali aku kan
bingung jadinya. Cowok itu cuma menggunakan jari telunjuknya ke bawah kakiku,
aku kan bingung emang ada apaan sih di bawah kaki. Pas lihat ke bawah nggak
taunya sapu tangan ibu-ibu itu aku injak, malu banget.
Segera aku ambil sapu
tangan itu dan mencoba membersihkannyatapi percumak kotornya nggak
hilang-hilang. Aku baru ingat sepatu yang aku pakai ini kan belum aku cuci
aahhh memalukan banget sih. “Ibu maafin saya yah? Saya nggak tau Bu, maaf yah
Bu..?”pintaku. “Iya ndak apa-apa nak”jawab Ibu itu. Alhamdulillah untung aja
kan ibu itu baik, coba kalau nggak pasti aku udah di omelin abis-abisan. Lalu
aku lihat cowok bertubuh tinggi itu memberikan sapu tangannya untuk ibu itu,
ternyata baik juga mana cool lagi ommo.
“Ehhh busnya udah datang, Ibu saya dulu yah maaf sekali lagi. Makasih yah tadi
uda…”belum selesai aku bicara cowok itu pergi begitu aja ke bus karena takut
kesiangan nggak aku ikut menyusul dia. Huh busnya kali itu penuh banget
sampai-sampai aku nggak dapat tempat duduk, dengan badan sekecil ini dengan
santainya orang lain dorong-dorong aku lagi kan sakit. Tapi aku nggak bakalan
putus asa, aku bakalan usaha mencari tempat duduk dengan cara memasangkan muka
kasian ditambah lagi badan kecil kaya aku ini bawa tas gendong yang besar pasti
ada orang yang kasian sama aku. Aku pun mulai beraksi dan ternyata kebetulan
banget aku lihat cowok yang tadi di halte bus. Eeehh dia lihat ke arah aku,
nggak lama dia bangun dari tempat duduknya. “Bagus.. nggak nyangka bakalan
segampang ini.”seruku. Aku segera menghampiri cowok itu, saat aku mau duduk
dengan cepatnya ibu-ibu yang sudah rentan duduk di tempat itu.
Tiiidddaaaakkkk.. itu yang aku katakana dalam hari, padahal tinggal sedikit
lagi. Aku langsung menoleh kearah cowok itu, tapi dengan muka yang flat dan dia sama sekali nggak merasa
kalau dari tadi aku melototi dia. Sampai pegal mata sama kepalaku melototi
orang yang tinggi kaya gitu, dan lebih parahnya lagi orangnya itu biasa aja,
jelas-jelas posisi aku tepat di depannya. Belum selesai sampai di situ saat bus
melaju dengan kencangnya, tuh cowok mendadak bilang kiri.
“Astagfirullah..”teriakku. Cowok itu untuk sesaat menoleh kearahku, “oke ini
kesempatan aku buat caci maki dia.”batinku. “Ehh mas kalau mau turun jangan
menda…”malu aku belum selesai bicara dia lagi-lagi pergi gitu aja, dan parahnya
lagi dia sambil mengelus-ngelus telinganya. Memangnya suara aku tuh sekeras apa
sih. Gara-gara aku ngomel-ngomel nggak jelas di bus, sekolahku kelewatan kan.
“Kiri juga pa..”seruku. Dan justru semua orang yang ada di dalam bus yang
mengomeliku, ini semua memang gara-gara tuh mas-mas. Aku segera berlari karena
takut kesiangan.. huh hari itu benar-benar hari yang melelahkan buatku.
Di kelas untungnya aku bisa tidur siang sebentar,
rasanya badan terutama kepalaku pegal-pegal semua. Dan untuk saat ini sepertinya
teman-teman sekelasku pun memahaminya, di kelas saat itu benar-benar kosong
kurang beruntung apa coba. Lagi enak-enaknya tidur tiba-tiba bola datang
mengahadang kepalaku, dan membuatku terbanngun. “Apa-apaan sih ini,,,”teriakku.
Saat aku melihat kearah lapangan ternyata sudah ada banyak sekali orang di
depan jendela kelasku. “Siapa yang nendang bola ini, siapa? Ngaku
nggak?”tanyaku. sebenarnya saat itu benar-benar malu tapi karena sudah
terlanjur malu nggak usah tanggung-tanggung lagilah. Tiba-tiba cowok bertubuh
tinggi muncul dari belakang kerumunan, dan sepertinya aku mengenal cowok itu.
Saat dia muncul nah kan benar “Mas-mas halte!!!!!!”teriakku dengan sengaja.
“Haaahhhh mas-mas halte?”seru semua orang. Dalam hati tentunya aku merasa
kemenangan sudah di depan mata, “Hahahha…”batinku. Aku menenggakkan kepalaku
dengan tinggi walaupun itu memang tidak akan mengalahkan tingginya kepala si
mas-mas itu. “Sorry tadi lagi main bola dan dengan tidak di sengaja aku….”jelas
mas-mas. Sebelum dia menyelesaikan penjelasannya aku pergi begitu saja
meninggalkan dia dan kerumunan orang-orang, “Hahaha ini pembalasanku rasakan,
hana di lawan.”batinku. Aku segera pergi ke toilet, disana aku tertawa dengan
puasnya sampai-sampai cewek yang mau kamar mandi pun nggak jadi masuk sanging
kencang suaraku. “Hahaha hari ini aku puas banget, puuuaaaassss”teriakku.
“Siapa sih di dalam? Seram banget pergi yuk..”seru salah seorang siswi.
“Siapa sih
dia? Nggak sopan banget bilang Kak Zein mas-mas”seru salah satu siswa.
“Tapi
memang benarkan Kak Zein itu mas-mas. Bagi seumuran kita yang masih kelas 3 SMA
sedangkan Kak Zein udah kuliah semester 5 iya kan?”seru Fikrie. Zein menatap
Fikrie serius lalu segera memalingkan wajahnya.
“Ehh
memangnya siapa yang berani bicara seperti itu ke Kak Zein?”tanya Fikrie
penasaran.
“Itu siswi
kelas 1A kalau nggak salah namanya Dwi Hana. Memangnya kenapa?tanya rekannya.
“Nggak
apa-apa kok.” Fikrie tersenyum tipis.
Fikrie memuturskan
untuk mencari tahu seperti apa Hana itu. Lewat jendela kelas 1A Fikrie
mengintip Hana, karena menurut teman sekelasnya bahwa Hana duduk paling
belakang dekat dengan pintu kedua kelas. Namun sayang saat itu Fikrie sulit
menemukan posisi tempat dudukku, akhirnya Fikrie membuka pintu belakang kelas
kedua kelas. Aku yang sudah mengetahuinya, dengan cepat mengambil posisi
jongkok tepat di hadapannya, “Aaahhh…astagfirullah.”seru Fikrie. Timbullah
keributan di kelas saat itu juga, “Eeeehhhh itukan Kak Fikrie dari kelas 3A.
Waahhh kok dia bisa kesini yah? Jangan-jangan mau menemui aku lagi.”seru salah
seorang siswi.
“Ehhh dia ingin ketemu aku tahu..”
“Akuuu”
“DIAM..
tolong anak-anak jangan berisik disaat jam pelajaran” seru Bu Tita. “Fikrie
kamu ngapain ke kelas ini? Ada perlu apa?”
“Ehm anu Bu
saya ada perlu sebentar sama Hana.. yah Hana Bu.”ujar Fikrie. Aku tak
memperdulikan ucapan Fikrie, aku masih tetap focus pada gambarku. “Hana kamu
Ibu izinkan keluar sebentar, urus-urusan kamu sama Fikrie siapa tahu itu
penting.”jelas Bu Tita. Akhirnya aku mengalah dan segera pergi ke luar kelas,
yang suasananya masih rebut. Mereka mungkin kaget orang seperti aku dihampiri
orang seperti Fikrie. Sebenarnya aku juga bingung kenapa dia cari aku bahkan sampai
datang ke kelas segala, tapi aku tetap pasang muka sok cool biar nggak terlalu
jelas bingungnya. Tiba-tiba saja dia mengulurkan tangannya, “Perkenalkan aku
Fikrie kelas 3A, maaf sebenarnya aku yang menendang bola tadi.”seru Fikrie. Aku
berpikir buat apa memperkenalkan diri bukannya dia juga udah tahu nama aku,
yang menyebalkannya ternyata dia biang kerok semuanya sampai aku lagi enak-enak
berlibur di pulau kapuk, tiba-tiba ada yang mengganggu. “Sabar Hana kamu harus
sabar.”batinku. “Kayanya aku nggak usah memperkenalkan diri lagi, Kakak sendiri
udah tahu nama aku kan? Dan soal tadi lupain aja Kak. Aku masuk kelas dulu
takutnya malah tambah keributan di kelas.”seruku. Ketika aku membalikkan badan
ke kelas, aku terkejut hampir semua siswi kelasku menguping pembicaraan kami di
jendela huh sampai segitunya kah lihat Kak Fikrie? Kayanya dia nggak
berkharismatik. “Hana..”panggil Fikrie. Aku menoleh kearahnya lalu dia
tersenyum sambil mengatakan “sampai ketemu lagi.” Aduh bukannya menyelesaikan
masalah malah membuat masalah semakin menjadi-jadi. “TIDAK Kak Fikrie jangan
kasih senyumanmu untuk si cewek sok cool itu.”seru teman sekelasku. Aku yang
mendengarnya saja merasa geli, lagi pula buat apa dia tersenyum seperti itu
buat sensasi satu kelas aja. Aku membalas senyumnya dengan senyuman kecut,
“rasakan tuh cowok sok tebar pesona sih”batinku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar