expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 06 Juli 2014

Saiapa Dia?




               
Hari yang sejuk, sunyi dan embun yang kurasakan di pagi itu membuat perasaanku sangat tenang. Sama seperti hari-hari kemarin tak ada satupun yang hilang saat ini. Begitu pun dengan kehidupanku, kehidupanku yang selalu mencari jalan yang aman. Sepanjang jalan kulihat kerumunan orang yang sibuk untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Sedangkan aku? Aku hanya bisa melihat kesibukan orang lain melalui tepi jalan ini. Yang aku rasakan? Bingung, heran tapi terkadang aku merasa bisakah aku menjadi seperti mereka? Kesiangan di pagi hari, berangkat terburu-buru dan berlarian tak tentu arah mencari kendaraan umum. Semua itulah yang hampir setiap hari aku pertanyakan. Menjadi manusia normal yang merasakan masalah dalam hidupnya sendiri, orang-orang sering menyebutnya tantangan.
                “Aahhhh udah jam segini..”aku baru sadar kalau hari ini hari senin. Aaiiiisssshhh...sangking seriusnya memikirkan orang lain aku jadi lupa ke sekolah. Lima belas menit, itu waktu yang aku butuhkan supaya hari ini aku nggak telat. Tapi sekarang sudah pukul 06.50,,,aaahhhh gimana gini? Dan pada akhirnya terpaksa aku naik metromini. Sepanjang jalan ini baru lari sekencang-kencangnya, berlari dan terus berlari. Dengan terengah-engah aku menaiki metromini itu. Suasana yang sangat aku benci, semua orang berdesak-desakan, bau keringat yang bercampur aduk menjadi satu, nggak dapat tempat duduk dan yang lebih penting lagi aku kesuliatan mengambil uang. Aku berusaha untuk mengambilnya di dalam tasku tapi tanganku tidak bisa bergerak sama sekali. Aku bingung harus berbuat apa, terlebih dengan suasana yang sangat bising dan sekolahku sudah ada di depan mata. Ayooo berpikir. Eothoke? Tiba-tiba terpintas olehku.
“kiiiiiiiirrrrrrriiiiiiiiii…” untuk pertama kalinya aku berteriak dengan keras dan ini adalah teriakan yang sangat keras menurutku. Semua orang menatapku heran dengan tatapan yang sinis. Dan baru aku sadari kalau aku berteriak pas di depan telinga seseorang. Aaaahhhh babo,, aku melakukan kesalahan lagi. Sangking malunya dengan cepat aku mengambil uang dalam tas dan segera pergi dari metromini itu. “Itu benar-benar hal yang memalukan dan yang pasti aku mesara bersalah kepada orang itu. Dan lebih parahnya lagi aku sama sekali nggak minta maaf, benar-benar sikap yang buruk. “batinku.
Karena takut terlambat aku berlari, berlari bersama anak-anak yang setiap harinya selalu terlambat. Aku selalu berpikir kalau mereka itu bukan murid yang baik, tapi sekarang? Posisiku sama dengan mereka, berlarian dengan terengah-engah berharap pintu gerbang sekolah masih dibuka. Ketika hampir sampai rasanya seperti kita melewati garis finish dan akhrinya menang. Takut, gelisah, lelah dan lega itulah yang kurasakan.
                Sesampainya dikelas ada hal yang membuatku jengkel, bagaimana tidak teman sebangku ku seorang siswa. Terlebih lagi dia sangat popular disekolahku, membuatku benar-benar jengkel. Belum lagi semua siswi di kelasku mengerumuni tempat dudukku hanya untuk berbincang dengan dia. Huh sangat membosankan, gara-gara ada dia ketenaranku di sekolah menurun. Jelas-jelas dia nggak ada apa-apanya. Wajahnya datar, tingkahnya sok ganteng dan lihat tatapan matanya itu seperti hewan yang mau memangsa targetnya. Aahh lihat apa kelebihan darinya, mencari sensasi kelas saja. “Lisda.. kok bengong?”tanya temanku Cindy. Aku tersenyum padanya sambil menoleh kearah siswa itu.
Sepulang sekolah seperti biasa Cindy membawa beberapa hadiah yang diberikan cowok-cowok disekolahku. Aku lega ternyata kedatangan cowok baru itu tidak mempengaruhi mereka semua.

Di perjalanan pulang aku melihat cowok itu tepat di hadapanku, sebenarnya aku sama sekali nggak penasaran dia tinggal dimana. Tapi karena kebetulan aku bertemu dengannya kenapa aku tidak sekalian lihat-lihat, siapa tahu aku menemukan sesuatu tentang dia. aku sempat berpikir jangan-jangan dia bersikap seperti itu karena masalah keluarga, atau karena dia menyembunyikan sesuatu dari semua orang atau mungkin jangan-jangan dia itu berkepribadian ganda? Aku rasa semua perkiraanku saat itu benar-benar tidak dimasuk akal. Aku terus memperhatikan dia dari jauh, lalu aku lihat dia masuk ke rumah yang sangat besar. Aku segera berpikir jangan-jangan dia bersikap dingin seperti itu karena takut ketahuan kalau dia anak seorang pejabat. Tapi anehnya dia menyalami Pak Satpam disana,,”Aaahhh aku tahu, pasti dia anak Pak Satpam itu. Karena malu makanya dia bersikap seperti itu supaya anak-anak sekolah nggak ada yang tahu.”seruku. Sampai saat itu aku tidak melihat dia keluar lagi dari rumahnya, sekitar setengah aku menunggu dia muncul. Dia pergi membawa mobil sport, dengan mengenakan pakaian yang santai. Melihat dia memakai pakaian seperti itu ternyata dia cukup keren juga. Karena takut ketahuan aku segera berlari, jika aku ketahuan mengikuti dia mati aku. Bisa-bisa dia menganggap aku fansnya sama seperti siswi-siswi di sekolah. Aku berlari sekencang-kencangnya, sampai pada saatnya nyawaku sendiri terancam. Aku hampir saja tertabrak oleh mobil, dan saat aku menoleh ke arah mobil itu. Aku terjekut karenamobil itu adalah mobil yang cowok itu pakai. Aku benar-benar terkejut, kulihat wajahnya yang tetap datar tanpa berekspresi sedikit pun.
Mengapa hari ini aku melakukan hal-hal bodoh?

               
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar