Hari yang sejuk, sunyi dan embun
yang kurasakan di pagi itu membuat perasaanku sangat tenang. Sama seperti
hari-hari kemarin tak ada satupun yang hilang saat ini. Begitu pun dengan
kehidupanku, kehidupanku yang selalu mencari jalan yang aman. Sepanjang jalan
kulihat kerumunan orang yang sibuk untuk melakukan aktivitasnya masing-masing.
Sedangkan aku? Aku hanya bisa melihat kesibukan orang lain melalui tepi jalan
ini. Yang aku rasakan? Bingung, heran tapi terkadang aku merasa bisakah aku
menjadi seperti mereka? Kesiangan di pagi hari, berangkat terburu-buru dan
berlarian tak tentu arah mencari kendaraan umum. Semua itulah yang hampir
setiap hari aku pertanyakan. Menjadi manusia normal yang merasakan masalah
dalam hidupnya sendiri, orang-orang sering menyebutnya tantangan.
“Aahhhh
udah jam segini..”aku baru sadar kalau hari ini hari senin.
Aaiiiisssshhh...sangking seriusnya memikirkan orang lain aku jadi lupa ke
sekolah. Lima belas menit, itu waktu yang aku butuhkan supaya hari ini aku
nggak telat. Tapi sekarang sudah pukul 06.50,,,aaahhhh gimana gini? Dan pada
akhirnya terpaksa aku naik metromini. Sepanjang jalan ini baru lari
sekencang-kencangnya, berlari dan terus berlari. Dengan terengah-engah aku
menaiki metromini itu. Suasana yang sangat aku benci, semua orang
berdesak-desakan, bau keringat yang bercampur aduk menjadi satu, nggak dapat
tempat duduk dan yang lebih penting lagi aku kesuliatan mengambil uang. Aku
berusaha untuk mengambilnya di dalam tasku tapi tanganku tidak bisa bergerak
sama sekali. Aku bingung harus berbuat apa, terlebih dengan suasana yang sangat
bising dan sekolahku sudah ada di depan mata. Ayooo berpikir. Eothoke? Tiba-tiba terpintas olehku.
“kiiiiiiiirrrrrrriiiiiiiiii…” untuk pertama kalinya aku berteriak dengan keras
dan ini adalah teriakan yang sangat keras menurutku. Semua orang menatapku
heran dengan tatapan yang sinis. Dan baru aku sadari kalau aku berteriak pas di
depan telinga seseorang. Aaaahhhh babo,,
aku melakukan kesalahan lagi. Sangking malunya dengan cepat aku mengambil uang
dalam tas dan segera pergi dari metromini itu. “Itu benar-benar hal yang
memalukan dan yang pasti aku mesara bersalah kepada orang itu. Dan lebih
parahnya lagi aku sama sekali nggak minta maaf, benar-benar sikap yang buruk.
“batinku.
Karena takut terlambat aku berlari, berlari
bersama anak-anak yang setiap harinya selalu terlambat. Aku selalu berpikir
kalau mereka itu bukan murid yang baik, tapi sekarang? Posisiku sama dengan
mereka, berlarian dengan terengah-engah berharap pintu gerbang sekolah masih
dibuka. Ketika hampir sampai rasanya seperti kita melewati garis finish dan
akhrinya menang. Takut, gelisah, lelah dan lega itulah yang kurasakan.
Sesampainya dikelas ada hal yang
membuatku jengkel, bagaimana tidak teman sebangku ku seorang siswa. Terlebih
lagi dia sangat popular disekolahku, membuatku benar-benar jengkel. Belum lagi
semua siswi di kelasku mengerumuni tempat dudukku hanya untuk berbincang dengan
dia. Huh sangat membosankan, gara-gara ada dia ketenaranku di sekolah menurun. Jelas-jelas
dia nggak ada apa-apanya. Wajahnya datar, tingkahnya sok ganteng dan lihat
tatapan matanya itu seperti hewan yang mau memangsa targetnya. Aahh lihat apa
kelebihan darinya, mencari sensasi kelas saja. “Lisda.. kok bengong?”tanya
temanku Cindy. Aku tersenyum padanya sambil menoleh kearah siswa itu.
Sepulang sekolah
seperti biasa Cindy membawa beberapa hadiah yang diberikan cowok-cowok
disekolahku. Aku lega ternyata kedatangan cowok baru itu tidak mempengaruhi
mereka semua.
Di perjalanan pulang
aku melihat cowok itu tepat di hadapanku, sebenarnya aku sama sekali nggak
penasaran dia tinggal dimana. Tapi karena kebetulan aku bertemu dengannya
kenapa aku tidak sekalian lihat-lihat, siapa tahu aku menemukan sesuatu tentang
dia. aku sempat berpikir jangan-jangan dia bersikap seperti itu karena masalah
keluarga, atau karena dia menyembunyikan sesuatu dari semua orang atau mungkin
jangan-jangan dia itu berkepribadian ganda? Aku rasa semua perkiraanku saat itu
benar-benar tidak dimasuk akal. Aku terus memperhatikan dia dari jauh, lalu aku
lihat dia masuk ke rumah yang sangat besar. Aku segera berpikir jangan-jangan
dia bersikap dingin seperti itu karena takut ketahuan kalau dia anak seorang
pejabat. Tapi anehnya dia menyalami Pak Satpam disana,,”Aaahhh aku tahu, pasti
dia anak Pak Satpam itu. Karena malu makanya dia bersikap seperti itu supaya
anak-anak sekolah nggak ada yang tahu.”seruku. Sampai saat itu aku tidak
melihat dia keluar lagi dari rumahnya, sekitar setengah aku menunggu dia
muncul. Dia pergi membawa mobil sport, dengan mengenakan pakaian yang santai.
Melihat dia memakai pakaian seperti itu ternyata dia cukup keren juga. Karena
takut ketahuan aku segera berlari, jika aku ketahuan mengikuti dia mati aku.
Bisa-bisa dia menganggap aku fansnya sama seperti siswi-siswi di sekolah. Aku
berlari sekencang-kencangnya, sampai pada saatnya nyawaku sendiri terancam. Aku
hampir saja tertabrak oleh mobil, dan saat aku menoleh ke arah mobil itu. Aku
terjekut karenamobil itu adalah mobil yang cowok itu pakai. Aku benar-benar
terkejut, kulihat wajahnya yang tetap datar tanpa berekspresi sedikit pun.
Mengapa hari ini aku
melakukan hal-hal bodoh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar